The Vintage Book Chapter 2 : Note to Myself part 5

     

THE VINTAGE BOOK
CHAPTER 2
NOTE TO MYSELF
PART 5


     " Tapi kapan aku bisa membaca buku harianmu itu?? Sepertinya banyak rahasianya," tanyanya padaku dengan wajah yang sangat sangat sangat ingin tahu. Aku berpikir dahulu, jawaban apa ya yang tepat. nanti, kalau aku jawab salah, bisa-bisa dibunuh sama dia lagi. oh-ayolah-beri-tahu-saja-rahasia-mu-itu. enak saja.

     " Ya nanti, kalau aku hilang, atau mungkin meninggal," ucapku dengan tertawa. Dwistas yang menganggapnya serius langsung bingung dengan ucapanku. sebenarnya aku tidak terlalu serius sih - tapi kalau aku hilangkan, jejaknya buku ini atau kalungku. atau enggak ya, aku ganti nama.

     Tapi, memangnya orang akan tau kalau yang punya kalung ini East Luminosa? Apakah aku terkenal diluar sana? Apakah mereka mengenalku? Atau malahan tidak? atau aku ini hanya imajinasi orang? - imajinasi author :p

     " Kamu ini enggak boleh hilang, nanti keluarga kamu nyariin, kakak kamu juga nyariin. Terus nanti nanya ke aku. East dimana? Ya mana aku tahu. Emangnya aku peduli? Ya sih, sedikit peduli. Soalnya kamu itu Luminosa si pembawa cahaya sekaligus temannya Dasa.
     Kematian kamu pasti akan selalu dikenang - tapi ya aku juga enggak tau ya, soalnya aku belum pernah mati jadi belum ngerasain.
     Kamu jangan mati dulu woy, nanti Klo aku kangen gimana? Kita baru ketemu malam ini lho - nyari di rumahmu aja kamunya enggak ada, palingan yang ada Ibu kamu - masa kamu udah mau mati lagi sih. Enggak seru ah. Masa harus gali kuburan dulu cuma buat ketemu kamu," ucapnya dengan tertawa kecil. Aku hanya memasang wajah ah-tidak-mungkin-lah.
   
     Tapi, busetnya tuh, dia ngomong panjang kali lebar kali tinggi. Nih orang enggak capek apa kalau ngomong sepanjang itu? Dan, yang bener aja dia mau gali kuburan aku. Emang dia berani malem-malem gali kuburan sendirian? - tapi aku belum tau juga apakah bisa digali atau tidak, aku belum mati - dia kesambet setan apaan? Coba tanya ke Sang Hyang dulu. Di pelajaran Sejarahkan, mereka sudah meninggal - tapi aku tidak terlalu percaya sih, perasaan yang mengatakannya padaku.

     " Aku janji," ucapku dengan mengulurkan kelingkingku padanya. Ia mengaitkan jari kelingkingnya dan mulailah satu perjanjian berlaku malam ini.
   
     Semoga, aku tidak pernah melupakannya. karena, aku mudah lupa. aku menamakannya amnesia mendadak :v. Mungkin sudah penyakit turunan juga sih - dusta-banget-kamu-East - sebenarnya itu penyakit author oke :v.
   
     Tapi, aku memang sering lupa. Apalagi nama orang yang sudah tidak aku temui setahun lebih. Aku hanya ingat wajah mereka. Karena wajah setiap orang berbeda. Mereka memiliki keunikan masing-masing. Kalau nama kan, ada yang sama. tapi, seingatku, belum ada nama yang sama - tidak sebelum kamu bertemu dengannya, ho ho ho ho,"-author.

     Sejujurnya, ini adalah janji jari kelingkingku yang pertama dengan orang lain selain saudariku. Dan ini adalah janji pertamaku dengan orang yang baru aku kenal - sepertinya memang begitu, aku ini amnesia mendadak. tapikan, aku baru bertemu Dwistas -_-.

     Aku jarang berjanji ataupun menceritakan rahasia. Aku pernah berjanji dengan orang yang dekat denganku, tapi aku tak bisa menceritakan rahasia sepeserpun pada orang lain karena, aku tidak bisa percaya mereka. Tapi, sepertinya aku pernah menceritakan rahasia. Kadang, yang kupercaya hanya para Luminosa yang kadang miring otaknya itu - siapa lagi kalau bukan North, West, dan South? mereka mampu menyimpan rahasia. tapi aku juga enggak bisa segampang itu percaya! jadi, ada klasifikasi terlebih dahulu - East, kamu mulai gila -_-.

     Tapi, entah kenapa, saat aku melihat Dwistas Onimul, aku dapat mempercayainya dan tidak merasa ragu, dan sepertinya Dwistas merasakan hal yang sama denganku. Dan entah kenapa, aku merasa aku bisa mempercayainya setelah melihat wajahnya.

     " Jarimu seperti jari adikku ya. Dulu saat kecil, aku suka berjanji dengannya menggunakan jari kelingking," ucapnya dengan menggoyang-goyangkan kelingkingnya. Aku hanya tersenyum dan teringat dengan seseorang. Seseorang itu adalah saudariku. Aku sering - entahlah sering atau enggak - berjanji dengan jari kelingking dengannya pada waktu itu, jaman purba kala.

     Saudariku juga suka menggoyang-goyangkan kelingkingnya seperti itu. Aku pikir, jari kelingkingnya itu kerasukan jelangkung yang pengen mainin boneka.

     " Aku juga dulu suka berjanji dengan seseorang yang aku cintai. Bukan berarti aku menyukainya, karena dia keluargaku. Dia suka menggoyangkan kelingkingnya seperti ini," ucapku menirukan seseorang itu. Siapa lagi kalau bukan saudariku itu yang jelas-jelas perempuan - ya iyalah, saudara itukan laki-laki -_-

     Aku suka meniru orang-orang yang dekat denganku. Meniru kebiasaan mereka. Jadi, aku hafal apa yang mereka suka lakukan ketika ini itu. Tapi ada pengecualian. Aku tidak pernah menghitung kedipan orang-orang. Karena itu sangat melelahkan dan enggak ada gunanya bagiku. untuk apa menghitung kedipan mata?

     " Aku masih ingat, janji terakhir dengannya. Jika salah satu dari kami menghilang, maka, kalung inilah yang akan menjadi ciri-ciri kami berdua. Nama kalung ini adalah The Symbol of Agni. Dalam bahasa Sansekerta, agni ialah api. Jadi, liontinnya berbentuk api. Kata Ibuku, kalung punya saudariku itu hampir mirip dengan kalung ini.
     Seingatku, kalung ini hanya ada dua di dunia karena yang membuat kalung ini adalah Ayahku. Aku tidak tahu kenapa Ayahku bisa membuat liontin secantik ini. Kata Ibu, kalau kalung ini dijual, harganya bisa sangat tinggi. Mungkin karena hanya dibuat 2 di dunia. Atau saja karena simbol dari Agni. Aku tidak tahu.
     Yang pasti, kami berdua berjanji akan saling mencari. Hidup atau mati, kami tidak peduli. Selama dia itu berharga, aku tidak akan pernah berhenti untuk mencarinya. " ceritaku dengan sedih - lu jangan didramatisir, kaya lagi jadi pemain novel aja. Yah, itu adalah janji terakhir. Oh iya, sebenarnya, dalam janji itu, aku berjanji kalau dia mencariku, ciri-diriku yang lain yaitu selalu membawa buku tua kemanapun aku pergi. Eh, aku udah bilang ya?

     " aku sebut perjanjian itu Dwi - artinya dua. Karena, ketika besar nanti, dia ingin memiliki nama yang mengandung Dwi. Mungkin Dwistas akan bagus untuknya. Atau mungkin Dwitamisra juga bagus," ucapku dengan tertawa. Kulihat wajah Dwistas sangat bahagia dan tertawa terbahak-bahak. Entahlah, apa yang lucu ya?

     Tapi, yang membuatku kaget, tiba-tiba saja ia memelukku dan berkata " kamu mirip sekali dengan adikku ya,". Wah, apa aku sama cantiknya dengan adiknya? Atau adiknya lebih cantik dariku? Atau adiknya itu laki-laki? atau adiknya ganteng? wah..

     " oh, maafkan aku. Aku enggak bermaksud membuat kamu kaget," ucapnya dengan memegang tanganku dan menatapku. Aku hanya tersenyum lebar dan melihat matanya. Matanya itu seperti warna merah kebiruankah? Tapi coklat kelihatannya. Atau mungkin aku salah lihat?.

     Lalu, aku melihat ke tangannya. Di jari manisnya itu, ada sebuah cincin. Itu mirip sekali dengan cincin Ibuku yang hilang - tentu saja buatan Ayahku yang hebat.

     Lalu, ia pergi begitu saja setelah melihatku sedang asyik menatapi cincinnya itu. Tadinya sih ada yang mau aku tanyakan. Tapi, aku pura-pura merasa tak ada yang terjadi.

     Padahal ada yang terjadi. Cincin itu mengingatkanku pada sesuatu.

     Cincin itu mirip seperti cincin punya Ibuku yang hilang. beliau bilang, cincin tersebut pemberian Ayah pada saat ulang tahun pernikahan. Ulang tahun pernikahan yang keberapa ya? Aku harus cari-cari di buku ini.

     Tiba-tiba ada suara lagu pop dari telgam Dwistas. Bagaimana aku tahu? Dwistas langsung membuka telgamnya dan berbicara pada seseorang. Aku berusaha curi dengar - maafkan aku Dwistas :v

     " Dia aman saja disini. Tidak perlu panik. Aku akan menjaganya disini. Nanti malam datang,kan?," begitulah suara yang aku dengar. Kira-kira, dia ngomong sama siapa ya? Apakah itu adiknya? Atau Ibunya? Atau Ayahnya? Wah, aku ingin tahu. atau mungkin pacarnya?? hm, dia memang cantik sih - harus kuakui dia memang sangat cantik, aku merasa kalah :'v tapi aku tetap mensyukuri karena aku perempuan dan tidak ganteng!

     " Dwistas! Sini dulu," teriakku pada Dwistas. Iapun menoleh dan menghampiriku. Ia bertanya ada apa.

     " Kamu tau tentang Ibuku enggak? Dan, aku ingin menanyakan soal cincin itu. Boleh ya?," tanyaku dengan wajah yang sok imut. Daripada Dwistas. Rambutnya panjang seperti kuntilanak. Enggak ada imut-imutnya lagi. hih, masa depan kuntilanak tuh anak. mungkin pekerjaan sampingannya adalah menjadi kuntilanak yang nakut-nakutin orang imut kaya aku - sok-sokan imut lu ah.

     " Aku tau sedikit sih. Besok aja ya. Aku males ceritainnya. Besok pulang sekolah, tunggu aku di depan kelas para wara," ucapnya dengan tersenyum. Kalau enggak niat ngasih tau sih mending enggak usah jawab deh -_-. Tapi ya, beruntunglah, ia mau menceritakan itu padaku besok.

     Melihat pemandangan alam di luar memang menyenangkan. Tapi, aku melihatnya di kala malam. Jadinya aku hanya melihat bulan dan bintang yang bertebaran. Apakah ada yang memerintah mereka untuk seperti itu?

     Kulihat ada empat anak dari distrik Tengah yang sedang asyik mengobrol - apa ngegosip ya, dasar cewek. Dan ada North Dwiana yang asyik berbicara dengan dua anak berambut putih - salah satunya pasti North Biru. Lalu, ada Dwistas yang kembali mengobrol dan melihat keadaan sekitar. Yang aku ingin tahu adalah, anak berambut putih yang ada di dekatku ini.

     " Nah, akhirnya kita sampai di langit perbatasan distrik Tengah dan Utara," ucap Southeast Dasa dengan bahagia. Aku buru-buru melihat keluar dan aku melihat seluruh rumah sangatlah kecil. Seperti rumah monopoli. Pohonnya juga kecil. dan manusianya juga kecil. Mereka begitu kecil. Terlihat sangat kecil - tapi mungkin saja lebih kuat. Jangan menilai apapun dari apa yang terlihat.

     Aku melihat Southeast Dasa mengangkat telgamnya dan seperti berbicara " buka portalnya ".

     Portal? Yang benar saja, disini tidak ada portal sama sekali. Hanya awan putih dan pemandangan hujan dibawah pesawat ini. portal yang ia maksud itu portal yang transparan itu atau yang apa? mana mungkin ada portal disini kalau tidak ada penyangganya?

     Hah? awan putih? padahal inikan malam! oh, sepertinya kalau naik pesawat memang kelihatan awannya. Aku ini kudet ya? Tapi, aku pernah naik pesawat enggak ya?

     Pesawat ini memang hebat. Bisa memperlihatkan keadaan di luar pesawat. Jadi aku bisa lihat hujan yang kecil itu. Pesawat ini seperti berwarna transparan - lebih mirip kaca sepertinya.

     " Kalian pernah dengar portal ke dunia lain?," tanya Dwistas dengan lantang. Yang aku tahu, portal ke dunia hantu. Hi hi hi hii~~ - for your information aku sangat membenci hantu, yah walau aku seorang Luminosa seharusnya tidak takut dengan hal yang begituan ya. Tapi, aku memang takut hantu. Aku hanya bisa tidur jika ada orang di ruanganku. Tapi, setelah semuanya terjadi, aku jadi terbiasa - tapi aku tetap takut hantu!

     " bukan portal hantu, tapi portal ke dunia Sang Hyang, dunia tersembunyi yang ada dibalik Bumi," ucapnya menjelaskan portal ke dunia Sang Hyang. Sang Hyang? Para nenek moyang dari 9 distrik??. Wow, aku tidak menyangka kalau ada portal yang seperti itu di Bumi ini.

     " maksudnya para Hyang yang mendirikan 9 distrik?? Mereka masih hidup??," tanya North Biru dengan rasa ingin tahu yang besar. Aku langsung menyiapkan buku harianku dan memasang telingaku. jadi, Sang Hyang itu belum meninggal? mereka tidak pernah meninggal seperti yang diceritakan guru Sekolah? Tapi, merekakan hidupnya sudah lebih lamaaaaaaaaaa sekali dari generasi abad ke 31.

     " Iya, benar, mereka ada di tempat teratas, ruang teratas, dari dunia Sang Hyang. Kalian bisa sebut dunia itu Kahyangan," ucapnya dengan mengiyakan pertanyaan North Biru. Wow, setau aku, Kahyangan itu mirip Surga. Apakah benar? Entahlah. Aku belum pernah ke Surga. Tapi aku berasal dari Surga kan? :'v entahlah, membingungkan. Sepertinya aku menangkap pesan tersembunyi. Mereka masih hidup. Tinggal di tempat teratas di Kahyangan. Apakah mereka memiliki derajat tertinggi? Atau sama saja dengan manusia? Menurut buku Sejarah di Sekolah, mereka seperti manusia. Tapi, apa kenyataannya begitu? apakah mereka benar-benar dewa? atau manusia yang seperti "dewa"?

     " Bisakah anda menjelaskan tentang Kahyangan ini yang menjadi tempat Sang Hyang dan mungkin akan menjadi tempat tinggal kita?," tanya salah satu laki-laki berambut putih itu. aku lupa namanya atau belum tanya ya? Sepertinya ia dekat dengan North Biru, tapi kenapa laki-laki yang duduk didekatku ini tidak ikut ngumpul sama si duo rambut putih ya?

     " Kahyangan sebenarnya adalah tempat tinggal kita para orang-orang yang biasa disebut 'para nara' atau orang-orang yang sebenarnya berasal dari sini. Aku juga bingung menjelaskannya," ucapnya dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Oke, aku harus mempelajari ini semua. Pasti akan sangat memusingkan otakku.

     Tiba-tiba, pemandangan yang berada di depan pesawat berubah menjadi bulu-bulu kapas yang mirip awan, dan langitnya mirip permata Blue zircon. Aku pernah melihat permata itu dari anak kelas sebelah. Aku lupa apakah ia seorang Luminosa atau bukan. Yang pasti, ia seorang laki-laki.

     Apakah itu portalnya? Menakjubkan! Aku tak pernah melihat portal ke dunia lain sebagus itu.

     " Mari kita memasuki portal! Yuhu!," ucap Dasa dengan senang. Aku hanya ikut meramaikan suasana dan membuat ribut. Maafkan aku Dasa :v

     Ketika aku memperhatikan Southeast Dasa, ia melihat telgamnya dan terlihat panik. Lalu, ia memanggil Dwistas dan menunjukkan telgamnya pada Dwistas.

     Dwistas hanya tertawa dan mengambil alih telgam Dasa. Aku yang melihatnya hanya tersenyum dan fokus melihat-lihat.
 
     Kapas yang beterbangan
     Mengelilingi lautan blue zircon
     Ku selam keindahan
     Menyinari cahaya lemon

     Wow, aku bisa membuat puisi ternyata. Sangat pendek. Apa-apaan ini. Bukan puisi. Huh.

     " Wah, ini benar-benar Kahyangan?? Aku sungguh tidak bisa percaya! Berbeda jauh dengan Bumi! Ini tidak mungkinkan? Atau aku sedang mimpi? Cubit aku Hijau!," ucapnya melirik ke teman sebelahnya yang berambut putih.

     Ooh, namanya Hijau. Sepertinya ia North Hijau. tapi, kenapa nama mereka Hijau dan Biru ya? ah, membingungkan. aku harus menanyakannya nanti.

     " Aku bukan North Hijau, aku South Hijau," ucapnya sembari melirik ke tempatku dan menampar pipi North Biru. Darimana dia tahu kalau aku berpikiran seperti itu?

     Aku hanya menatap tajam dan tersenyum padanya. Tak disangka, ia berjalan ke arahku.

     " Aku memang saudara jauh North Biru. Kamu bisa melihatnya dari rambut putihku ini. Tapi, bukan berarti aku dari distrik Utara, East Luminosa," ucapnya dengan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku berusaha untuk mundur kebelakang, tetapi sudah mentok. Jujur saja, aku tidak suka situasi ini.

     " Aku juga enggak tau kenapa diberi nama Hijau. dia saja yang duduk disitu bernama Merah. Tepatnya West Merah," ucapnya menjawab pertanyaan yang ada di kepalaku. Ohh.. namanya Merah..

     " Kamu enggak suka ya? Maaf East Luminosa," ucapnya dengan tersenyum - tapi wajahnya terlalu dekat denganku. Aku hanya memasang wajah jutek dan ia tiba-tiba berkata padaku " nanti tolong pukul aku sampai pingsan ya,". Spontan saja, aku mendorongnya. Baru pertama kali ada orang yang memintaku untuk memukulnya.

     " jangan halangi pemandangan indah dengan wajah indahmu itu," ucapku dengan sarkastik - sebenarnya dia memang ganteng sih. South Hijau hanya tertawa dan mendekatiku lagi. Kini, dia berbisik padaku.

     " aku bisa membaca pikiran. Cepat lakukan saja," ucapnya dengan enteng dan duduk disebelahku. Di menatapku dengan tersenyum dan aku hanya mengabaikannya. Untuk apa aku berbicara dengan orang yang menaruh wajahnya beberapa milimeter didepan wajahmu?! Untuk apa aku memukulnya? Memangnya mau ciuman?

     " aku enggak mau ciuman, aku cuma mau melihat reaksi seorang Luminosa kalau aku melakukan itu," ucapnya dengan tertawa cengengesan.

     " Tadinya emang mau nyium sih," ucapnya dengan wajah mesum. Sontak saja, aku langsung memukulnya dengan keras dan, dia pingsan. Seorang laki-laki pingsan hanya karena satu pukulan perempuan. Applause for me 👏. tapi, ya menjijikan juga sih, author kenapa kamu membuat ceritanya jadi begini? - ya enggak taulah, tanyain South Hijau aja -_-

     Tapi, aku baru tau kalau aku bisa memukul orang hingga pingsan. Dia pingsan beneran ya? Enggak matikan?

     Aku meminta bantuan orang-orang yang ada disini untuk membantu South Hijau. North Biru dan Southeast Dasa langsung menggotongnya dan bersiap keluar.

     Sebentar lagi landing, beruntunglah. Sebenarnya, apa tujuan dia memintaku memukulnya? Memang aneh ya orang jaman sekarang. tapi, kenapa dia tidak meminta North Biru untuk melakukannya?

     " Ibu jarimu tempel disini ya," ucapnya padaku. aku menempelkan ibu jari tangan kanan ke layar dan disitu tertera dokumen tentang diriku. wah, ternyata aku difoto dengan tiba-tiba, dan tertera di dokumen itu. kalau dilihat-lihat, aku hampir mirip Dwistas Onimul.

     Ternyata, dokumen tersebut disimpan di ibu jari dan di servernya - aku tidak tahu dokumen ini perginya kemana dan disimpan dimana. Setelah itu, aku langsung menyusul ke Rumah Sakit untuk melihat keadaan South Hijau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lemon

Selasa, 8 November 2016

The Vintage Book : Chapter 2 Note to Myself part 7