The Vintage Book Chapter 2 : Note to Myself part 9


     " Beritahu aku alasannya," ucap Yazah dengan penuh tanya. Miquel berkata kalau ia akan mengatakan alasannya setelah membawa Yazah ke area latihan gedung Eka. Mereka pergi ke arah pasar tradisional. Disana, banyak sekaliu orang yang hulu-hilir mudik dari satu tempat ke tempat yang lain.

     " Jadi, ini adalah siang hari disini ya. Tidak terlalu buruk," ucap Yazah yang tanpa ia sadari terdengar oleh Miquel. Miquel hanya tersenyum dan menghela nafasnya. Ia melirik pada Yazah - tetapi Yazah tidak sadar akan hal itu.

     " Apakah cara belanja disini sama dengan yang ada di rumah?," tanya Yazah kepada Miquel. Miquel menganggukkan kepalanya. Ia menjelaskan pada Yazah tentang jual beli disini.

     " Disini, mata uangnya adalah diay. Karena ini kawasan pasar tradisional, kita tak bisa memakai rekening giro. Uang kertas dan logam berharga disini. Tapi, kalau nona Yazah memiliki mata uang lain dari UnderEarth atau poin dari tes yang sah, nona bisa menukarnya di Bank kawasan gedung Eka," ucapnya sembari menjelaskan pada Yazah yang baru pertama kali berada di pasar tradisional Dunia itu.

     " Kenapa tidak bisa memakai rekening giro? ini sudah abad 31! memangnya dikira tahun 2000an apa? kita tidak sedang krisis ekonomi kan, setelah kejatuhan ekonomi negeri seberang?," tanya dan protes Yazah yang langsung menyilangkan tangan di dadanya. Miquel menggeleng dan mengangkat bahu. Memangnya dia menteri rekening giro apa?, pikirnya dalam hati.

     " Apakah nona ingin membeli makanan? Mungkin saya bisa membelikan beberapa untuk nona kalau nona mau," tawar Miquel pada Yazah. Yazah yang ingin-tapi-malu memancarkan kemauannya lewat matanya. Miquel yang peka terhadap itu langsung mengajaknya membeli makanan.

     " Hei! Mau kemana kita?," tanya Yazah yang ditarik tangannya. Miquel hanya berkata kalau mereka akan mencari makanan yang enak disana. Yazah yang merasa baru pertama kali bertemu anak laki-laki yang peka - kapan lagi punya teman laki-laki yang peka :p - senang karena ia tidak perlu malu untuk mengatakannya.

     Mereka menyusuri tiap pasar tradisional. Pasar itu mirip tenda, tetapi tenda yang sangat besar. Jadi mereka tidak akan kepanasan. Kecuali, pasarnya dibakar oleh para powerful yang mengendalikan matahari. Mereka bisa saja membakar pasar tradisional tak berdosa itu, tapi, itu tidak mungkin. Mereka belum memenuhi suatu persyaratan, jadi tidak mungkin mereka bisa membakar pasar ini - siapa lagi kalau bukan anak-anak dari Sekolahnya Yazah.

     Di pasar tradisional biasanya menjual bahan-bahan mentah, tapi ada juga warung disini. Tidak, disini banyak warungnya. MEskipun banyak warung, tempat ini bersih sekali. Tidak ada kotoran sedikit pun - ada debu satu milimeter juga langsung dibersihkan sepertinya.

     " Hei, itu ada sate disana! Mungkin nona Yazah suka," tunjuknya ke warung terbuka di dekat mereka berdua. Yazah yang senang karena ditraktir langsung menyetujui dan pergi ke warung tersebut. Mereka berdua berlari - siapa cepat dia yang menang - dan Miquel yang duluan sampai. Padahal, hal mengontrol wara saja ia tak bisa. Aneh. Mungkin hanya satu keanehan saja untuk Miquel.

     Terlihat ada 3 anak yang sedang makan sate disitu. Mereka bertiga menyadari kedatangan Miquel dan Yazah. Mereka mempersilakan mereka berdua duduk - sopan seperti Miquel.

     " Kamu East Luminosa kan?," tanya Putih Andersson, salah satu dari tiga anak itu. East Luminosa a.k.a. Yazah memang terkenal di Sekolahnya karena kepintarannya. Ia termasuk duo jenius yang satunya tak lain adalah Kamillareza - sekarang Kamillareza dan dua temannya ada di perpustakaan, anggap kalian tidak tahu :v

     " Iya, aku East Luminosa. Nama kalian bertiga siapa?," tanya Yazah dengan tersenyum. Miquel pergi memesankan sate untuknya dan Yazah. Yazah langsung menaruh kepala di atas tangan yang siap menempanya.

     " Namaku Biru Agustes, dia yang berambut putih adalah Putih Andersson, dan yang bermata silver adalah Noeron Zerka dari klan penyihir. Ia memiliki saudara di kelas para wara. Kamu pasti sekelas dengan Noer Mapoetri kan? Itu saudara dia," ucapnya menjelaskan. Yazah ber-ooh ria dan mengingat-ingat kembali teman-teman yang ada di kelasnya. Ia sempat mendengar nama Noer Mapoetri tapi sepertinya ia lupa Noer Mapoetri yang mana.

     " Aku, Biru Agustes dari keluarga bangsawan Biru. Mataku berwarna biru, rambutku berwarna biru, serba biru. Itu ciri khas bangsawan Biru. Tapi, ada juga sih yang bermata biru. Biasanya selain Bangsawan Biru, orang-orang Atlantis yang memiliki mata biru. Namun, mata mereka sebiru lautan yang berlimpah kekayaan," jelas Biru Agustes pada Yazah. Yazah yang baru tahu tertarik dengan cerita itu. Sebenarnya, ia ingin mencari tahu tentang Atlantis, kampung halamannya.

     Eh, tunggu dulu, kalau ia keturunan Atlantis, kenapa dia tidak memiliki mata berwarna biru? Yazah memikirkannya dan ketakutan kalau ia Atlantis KW 2. Bagaimana kalau dia kehilangan mata berwarna birunya untuk selama-lamanya?

     " Memangnya orang-orang Atlantis harus bermata biru?," tanya Yazah dengan bingung. Biru Agustes mengangguk kemudian menggeleng. " Tidak selalu, biasanya, yang berdarah campuran matanya berwarna warni," jelasnya lagi. Berwarna-warni itu warna pelangi atau dua mata dua warna? Tanyakan tidak ya?

     " Oh iya, Putih Andersson memiliki tiga saudara di Sekolah kita. Katanya sih, salah satu saudaranya sedang ada di Rumah Sakit karena terluka parah. Padahal, hanya satu pukulan katanya, tapi bisa menumbangkan seorang bangsawan. Hebat sekali," cerita Biru Agustes dengan tertawa.

     Oh tidak, jangan-jangan si mesum itu!!
     " Nama distriknya South Hijau," celetuk Putih Andersson dengan menatap Yazah yang membayangkan si mesum itu. Sekarang, ia berhadapan dengan saudaranya.

     " Dan Noeron Zerka. Dia penyihir yang paling kuat di keluarganya. Ia setingkat - lebih tinggi sedikit - dengan Noer Mapoetri," ia mengakhiri ceritanya dan bersiap-siap pergi.

     " Oh iya, kudengar, ada seorang perempuan keturunan Umar ya di kelas para wara? Apakah ia menyeramkan? Atau cantik?," tanya Noeron Zerka pada Yazah. Ia hanya mengangguk dan menggeleng menandakan ambigu.

     " Oke, waktunya makan!," ucap Miquel dengan bahagia. Yazah yang terlihat lapar langsung makan dengan lahap. Yang lain berpamitan untuk pergi dan menghilang di balik pelupuk mata.

~

   Area tersebut luas sekali, lebih luas dari rumah author. Areanya terdiri dari rumput yang dapat tumbuh cepat setelah 6 jam dicabut atau mati terinjak. Rumput tersebut bisa menetralkan racun. Hebatkan rumputnya.

     " Ini namanya rumput Kyurum. Nona tidak perlu takut menginjak rumput ini karena rumput ini bisa tumbuh cepat dalam 6 jam. Seperti tidak ada yang terjadi. Setahu saya, rumput ini spesial," jelasnya pada Yazah. Yazah yang mendengarnya terkejut. Di negara 9 distrik yang sudah majupun, tidak ada rumput yang tumbuh secepat itu. Mungkin teknologi di dunia ini sangat maju.

     " Bagaimana dengan bunga itu? Bunga berwarna putih itu," tunjuk Yazah pada bunga berwarna putih yang ada di pinggir area latihan. Bunga itu berwarna putih seperti mawar.

     " Ohh, setahu saya, itu bunga Muruyk. Bunga itu akan berubah warna kalau ada racun yang sangat berbahaya. Bunga itu bisa berubah warna jadi merah kalau racunnya sangat berbahaya. Jadi, kalau ada racun sedikit, bunga itu bisa berubah jadi warna merah muda. Sekarang, tidak ada racun sama sekali. Jadi, nona tenang saja," ucap Miquel yang memetik bunga tersebut.

     " Rumput ini bisa saja mati karena tidak sanggup lagi menahan racun yang ada. Tapi, setidaknya rumput ini pernah berusaha untuk menjaga makhluk hidup di sekitarnya.

     Aku ingin menjadi seperti rumput ini. Aku ingin melindungi orang-orang yang aku sayangi. Meskipun aku harus meninggal, itu tidak apa-apa, karena nyawa mereka lebih berharga daripada nyawaku.
   
     Dan aku, ingin memiliki orang seperti bunga ini. Mungkin, aku sudah menemukannya," diserahkannya bunga itu pada Yazah yang menerimanya dan menyimpannya di saku bajunya.

     Yazah yang mendengarnya hanya diam - tapi dia masih bernafas - dan merenungi perkataan Miquel.

     Yazah menanyakan nama distriknya dan Miquel menjawab " East Miquel ". Berarti dia satu distrik dengan Yazah. Tapi, sepertinya ini pertama kalinya mereka berdua bertemu. Tidak mungkin mereka tidak pernah bertemu di Sekolah. Mungkin, Yazah memang pelupa akut.

     " Oke, sekarang kita latihan mengendalikan wara dengan baik dan benar. Masih ingatkan pelajaran yang tadi pagi dipelajari?," tanya Yazah yang sudah menjauh beberapa meter dari Miquel. Mereka melangsungkan pelajarannya.

     " Untuk seorang Luminosa sepertiku, aku bisa mengendalikan 5 atom, sedangkan, untuk orang biasa bisa sampai 3 atom. Tapi, untuk seorang para tara, bisa sampai 7 bahkan 10 atom, menyamai Sang Hyang.

     Tapi, kalau Allah menakdirkanmu lebih dari yang lain, Insya Allah Miquel bisa mengendalikan 5 atom. Aku juga sedang mempelajarinya," ucap Yazah yang mencontohkan 3 atom. Atom tersebut berbentuk seperti sebuah bola yang mirip atom di pelajaran Kimia. Atom tersebut bisa saling terhubung, bisa juga tidak. Tergantung dari apa yang ia inginkan.

     "Nona Yazah pasti pernah melatihnyakan?," tanya Miquel dengan menggerakan tangannya dan membuat dua atom. Atom tersebut tidak saling terhubung, karena Miquel belum bisa mengendalikannya. Biasanya, atom-atom yang terhubung dibuat untuk perlindungan - sekaligus penyerangan pada musuh dalam satu arah. Tapi memungkinkan bagi para guru yang menyerang ke segala arah.

     " Iya, aku pernah melatihnya beberapa kali. Kelihatan ya?," tanya Yazah pada Miquel. Miquel mengangguk dan melanjutkan latihannya.

     Semenjak menghilangnya kakak Yazah, ia diberi buku kuno milik Seashelle Dermaga Tiga, tentang Luminosa, para wara, dan Atlantis. Buku itu benar-benar dari Atlantis, tetapi Seashelle lah yang menuliskan buku itu dengan tangannya sendiri. Kalau dihitung, umur buku tersebut sudah 10 abad.

     " Saya ingin bertanya, bolehkan?," tanya Miquel pada Yazah. Ia menanyakan sesuatu tentang Yazah.

     " Bisakah saya melawan anda dengan dua atom dan mengalahkan nona Yazah?," Yazah berpikir dan membuat simulasi di otaknya itu. Ia bisa mengendalikan 3 atom, sedangkan Miquel 2 atom. Mana mungkin ia kalah. Tapi, bisa saja Miquel membunuhnya dengan kekuatan penuh. Tapi, semua itu perlu percobaan.

     "Mari kita coba," Yazah mulai mundur beberapa langkah dari Miquel dan berdiri dengan santai. Ia langsung membuka tangan kanannya dan membentuk 3 atom sekaligus. Miquel langsung mencobanya dan membuat dua atom. Atom tersebut berwarna hijau muda seperti matanya. Lalu, dengan gaya yang cool - cool apaan, Miquel itu anaknya baik, sopan, polos, imut, cool darimana :v - langsung menyerang Yazah dengan dua atomnya.

     Saat dua atom tersebut berlari ke arah Yazah, Yazah langsung menggerakkan tangannya membentuk sebuah jembatan disekitar ketiga atomnya - seperti model atom pada umumnya. Lalu, ia membuat pelindung atom agar tidak terkena serangan Miquel yang menyerang hanya satu arah.

     Layaknya tameng yang menangkis serangan lawan, Yazah tidak terluka sedikitpun. Lalu, ia melancarkan serangan pada Miquel yang belum bisa membuat tameng itu. Langsung saja, Miquel menhindari dan sempat terluka. Yazah yang melihatnya langsung menghampirinya.

     " Hei, Kau tidak apa-apakan?," tanya Yazah dengan mengulurkan tangannya kepada Miquel. Miquel yang meraih tangan Yazah langsung menembakkan serangan.

     Namun, tak disangka, Yazah sudah mengetahuinya sebelum Miquel berniat untuk menyerangnya dari dekat. Jadi, Yazah menyerang balik dengan menciptakan reflection dan membuat serangan Miquel menyerang balik ke dirinya sendiri. Miquelpun terbaring di atas rumput.

     " Hei, lukamu tidak parahkan?," tanya Yazah dengan bodoh. Miquel bilang kalau lukanya tidak parah. Tetapi, darahnya terus mengalir.

     " Aku ambil P3K dulu ya?," ucap Yazah dengan ragu. Ia berdiri dan tertahan oleh tangan Miquel. Tangannya seperti tidak mengizinkan Yazah untuk pergi. Ia menengok pada Miquel dan bengong. Genggaman tangannya keras sekali. Bisa-bisa tangannya patah tulang.

     " Jangan, saya sudah membawa obat luka di saku," ambilnya ke dalam saku baju dan mengeluarkannya. Tangannya yang satu lagi menarik Yazah untuk mendekat.

     " Sini sama aku diobatin," ucap Yazah yang langsung mengambil obat luka itu dan menetesinya ke luka yang (tidak) parah tersebut. Miquel tampak biasa saja dan tidak merespon apapun.

     " Kamu ini enggak bisa ngerasain sakit ya?," tanya Yazah yang selesai membuat simpul di tangan Miquel. Miquel hanya diam dan tersenyum pada Yazah.

     " Terima kasih nona Yazah. Ternyata anda baik," ucapnya dengan sumringah. Yazah yang mendengarnya hanya tertawa.

     " Ya, kamu bisa mengalahkanku. Sayangnya, aku sudah memprediksi itu. Mungkin kamu harus mengetahui diriku lebih daripada aku agar kamu bisa mengalahkanku. Ayo bangun, kita harus kembali ke kamar masing-masing," ajak Yazah pada Miquel. Miquel mengangguk dan berjalan berdua bersama Yazah.

     " Sepertinya aku tidak pernah melihatmu di Sekolah. Dan namamu juga, aku belum pernah mendengar namamu mungkin," ucap Yazah yang tersenyum pada teman di sebelahnya. Miquel hanya mengelus lukanya yang diperban Yazah.

     " Yah, mungkin karena dari namaku. Miquel Jua Raka. Memang aneh ya? Tapi aku yang membuatnya. Tiba-tiba muncul dikepalaku," jelasnya sembari berjalan menuju gedung Eka yang tinggi itu. Kawasan sekitar gedung Eka sangat luas. Tapi dekat dengan gedung Dwi yang ada di seberangnya. Hanya saja, untuk pergi kesana, mereka harus melewati jembatan kecil dan penjagaannya sangat ketat. Jika mereka belum mendapat izin ke gedung Dwi, maka mereka tidak diperbolehkan menyeberang. Kecuali ada urusan penting, orang penting, bla bla bla.

     " Yah, nama yang bagus. Aku berusaha untuk berpikir apa makna namamu, haha," jawab Yazah dengan tertawa. Mereka berdua memasuki gedung Eka dan melewati Restoran. Wangi makanannya sungguh menggoda selera. Tapi, Yazah masih kenyang, jadi ia tak menghiraukan ajakan Iblis supaya nambah gendut.

     Mereka menaiki lift berdua. Yazah melihat-lihat keluar dan Miquel menatapnya. Ia berpikir, sepertinya Yazah memang baru pertama kali kesini. Jadi, ia memaklumi itu. Ia ikut tersenyum ketika Yazah tersenyum, dan Yazah menyadari itu. Ia melirik Miquel yang pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.

     " Hei, aku ingin tanya sesuatu," ucap Yazah yang masih asyik melihat keluar. Miquel mendengarnya dan diam. Ia menunggu pertanyaan Yazah.

     " Apakah kamu percaya pada cinta?," tanya Yazah dengan melirik Miquel dan membuat raut wajah yang tidak bisa digambarkan oleh kata-kata - seperti kecewa? Tidak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lemon

Selasa, 8 November 2016

The Vintage Book : Chapter 2 Note to Myself part 7