The Vintage Book Chapter 2 : Note to myself part 2
"Oy, lu yakin masih ada manusia normal disini? Emang gila tuh organisasi. Ngapain juga lu masuk ke organisasi orang-orang sinting," ucapku dengan kasar. Yah, aku ingin bunuh anak itu - Dasa - karena kejadian ini.
Aku memang sering membaca artikel tentang kloning - sebenarnya baru beberapa hari yang lalu - karena Dasa menceritakan hal itu padaku. Aku pikir, kloning itu hanya percobaan.
Tapi, semua berubah karena kerajaan api menyerang - eh, maafkan Kenya :'V.
Tapi, sepertinya semua berubah karena pergantian zaman. Yang aku tahu, kloning manusia itu ilegal. Karena, korban kloning sangat banyak. Apalagi, kemungkinan kloning berhasil hanya 1:1000. Yang aku tahu, kloning pertama yang berhasil bernama Eve, "lahir" tahun 2008. Mungkin itu yang dikatakan mbah Gugel. Yah, panggilan untuk web searcher terkenal di bumi ini. Mungkin saja ada bumi yang lain.
Nah, apa tujuan organisasi membuat kloning? Untuk membuat orang lebih cerdas, rupawan, dan lain-lain? Tapi, bukankah itu menyalahi hukum alam? - enggak yakin juga sih kalau hukum alam. Bukankah menyalahkan kodratnya kalau seorang manusia bisa membuat makhluk paling sempurna?
Yah, tapi, sudah zamannya yang miring sepertinya. Apapun dianggap halal - ini juga enggak yakin sih. Abad 21 adalah zaman edan menurut orang-orang terdahulu. Tapi, mereka tidak merasakan kehidupan abad 31 yang lebih edan.
Teknologi yang serba canggih, sumber daya manusia yang semakin diperlukan. Tapi, hukum alam mengelilingi semua itu.
" Lu tenang aja. Gua tahu yang mana kloning, yang mana bukan kloning. Kemungkinan masih ada manusia normal. Gua bisa ngerasain mereka East.
Soal normal atau enggaknya, menurut gua emang organisasinya udah sinting. Awalnya gua enggak percaya kalau mereka bakalan bikin kloning, hingga Presiden organisasi menyetujui ide gila itu, akhirnya gua harus percaya.
Setau gua, yang kena kloning baru sekolah kita aja. Sekolah Menengah Pertama. Tapi, kita harus hati-hati, karena menurut temen gua yang ngajar di Sekolah Dasar, ada kemungkinan kalau organisasi juga melakukan kloning disana.
Tapi, kita harus fokus mencari manusia normal dulu disini. Aku benci kloning. Untungnya, mereka tidak mengkloning diriku yang ganteng ini," ucapnya diakhiri dengan gaya yang sok ganteng. Kuakui, dia memang lumayan. Banyak yang sudah menyatakan perasaan padanya. Tapi dia tetap menolak. Alasannya, ia hanya ingin sendiri. Tapi, sepertinya ia sedang mendekati South, tapi mengapa ia tidak mengantar South ke distrik Utara?
Oh ya, dia bisa membedakan manusia dan kloning. Padahal, mereka hampir sama - tepatnya sama, karena aku tidak tahu yang mana asli yang mana palsu. Dunia ini terlalu banyak hal buruk.
Bagaimana cara ia membedakannya? Melalui perasaan? Tapi, aku tidak bisa memakai perasaan dengan benar.
" Enggak usah pake embel-embel ganteng deh. Jadi, sekarang kita mau nyisir kemana dulu? Lorong cewe, lorong cowo, lorong guru, atau dimana?" Tanyaku sembari berjalan kaki karena aku tahu CCTV sedang menatap kearah kami berdua.
" lorong cewe dulu. Kita ke kamar lu dulu, cari barang-barang yang enggak boleh sampe jatuh di tangan orang-orang organisasi itu. Setelah itu, kita cari manusia normal di lorong cewe," ucapnya sembari membelok ke lorong cewe. Lorong ini beruas layaknya pohon. Sungguh banyak lorong. Apalagi, lorong disini sangat besar. Mungkin, dulunya menjadi jalan utama.
" Oke, kamu jaga diluar. Tunggu aku di dalam," ucapku dengan cepat dan merasa panik. Oh, ayolah, mana mungkin ada orang yang akan mengkloning diriku.
Oke, pertama, aku akan mencari barang-barangku terlebih dahulu. Hmm... sepertinya semua barang ini akan berguna. Aku enggak yakin, tapi Aku sangat yakin - aku bingung. Yang terpenting, aku harus membawa semua barang-barangku dan barang-barang mereka bertiga.
" Oy, lu mau bawa barang sebanyak itu pake apaan?," tanyanya dengan kebingungan.
" Hmm... aku akan membawa sebagian dengan tasku. Dan aku akan melakukan teleportasi untuk barang-barang mereka bertiga," ucapku sembari mengucapkan mantranya tanpa melihat buku.
Awalnya, ia tak percaya dengan apa yang aku katakan. Tapi, lihatlah. Ia bengong melihati diriku yang sedang melakukan sihir. Hebat bukan? Padahal, aku mengaku pada South kalau aku tidak bisa sihir. Sama seperti saat ia mengaku kalau ia tak bisa sihir.
" Ingar Aswana!," teriakku sembari menggerakkan tanganku dan fokus kepada apa yang akan kukirim dan tempat kiriman tersebut datang. Oke, rumah North. Kamar dia.
*anggap aja ada sound effectnya - ini bukan film, jadi aku tidak tahu cara menuliskan efeknya.
Dadah barang-barang South, North, dan West! Semoga kalian selamat di jalan!
" Sejak kapan kamu bisa teleportasi? Sejak kapan kamu bisa sihir?," tanyanya dengan menganga. Barang yang tadi disitu kenapa bisa hilang? Kenapa? Kenapaa? - ya mungkin itu yang dipikirkan Dasa.
" Sejak kapan ya? Sepertinya aku sudah mempelajarinya dari kecil. Entahlah, aku hanya membaca bukunya dan mempraktekkannya dan wush~. Sekarang aku bisa bunuh siapapun yang menghalangi jalanku.
Yah, tapi aku masih baik sih. Jadi, enggak jadi deh bunuhnya," Dasa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanda dia benar-benar tidak percaya kalau seorang Luminosa seperti aku bisa menguasai sihir ( tapi seorang Luminosa harus bisa sihir, karena itu adalah bakat seorang Luminosa ). Yah, sejujurnya, aku hanya hafal beberapa kata.
" Oke, sekarang, kamar yang mana dulu?," tanyaku dengan melihat-lihat kamar di lorong. Banyak sekali kamarnya. Apakah Dasa bisa melakukannya dalam semalam?
" lu jaga-jaga aja di deket gua ya. Gua bisa cek satu-satu tanpa membuka pintunya," ucapnya sembari menempelkan tangannya ke pintu dan sepertinya aku merasakan sesuatu juga.
" di kamar itu, ada empat manusia normalkan?," tebakku dengan ngasal. Perasaanku yang bilang padaku. Entah benar atau salah, aku tidak akan pernah tahu sampai aku mencoba.
" iya, bener. Kenapa lu bisa tau? Nebak ya?," tanyanya sembari membuka pintu.
" Kenapa kamar kita dulu sih? Kamar yang lain aja dulu. Kita berempat lagi asik meretas CCTV sekolah," ucap salah satu perempuan yang sedang mengotak-atik laptopnya.
Hah? Yang bener aja. Mereka bisa meretas CCTV Sekolah darimana?? Gila, aku aja enggak bisa ngeretas. Mereka dapet ilmu darimana?
" Mereka ada di pihak kita, East." Ucapnya sembari berlari ke pintu yang lain. Memangnya mereka bisa dipercaya? Terserah dia aja deh.
" Kamar ini udah kloning semua. Berarti mereka ada di distrik Utara. East, kamu urus kamar di sebelah sana ya," tunjuknya kesebelah sana. Aku hanya mengangguk dan langsung pergi kesana.
Tuk..tuk..tuk.. suara sepatu hak yang sedikit tinggi ini menemani sunyinya malam dan dingin untuk bertahan. Beruntung, aku memakai baju yang hangat - buatan aku sendiri lagi, hehe, aku bangga.
Hmm... sepertinya tidak ada manusia normal disini. Aku akan mencoba untuk mencari lebih jauh. Mungkin, mereka semua adalah cloning? Tapi, biayanyakan besar, dan membutuhkan DNA bukan? Atau sel?
Tapi, apakah aku harus percaya? 50-50 aja ya.
Ohh, sepertinya disana ada orang. Aku akan pergi kesana untuk memastikannya.
DUG! DUG! DUG! DUG!
"OM TELOLET OM!!," teriak suara seseorang dari salah satu kamar perempuan. Lha, siapa itu? Ngapain dia teriak kalimat itu?
" woy, ngapain om telolet om, enggak ada bis disini mba," ucapku sembari membuka pintunya.
" eh, halo East. Hehe," ucapnya sembari mengatakan halo padaku. Sepertinya aku lupa dengan anak ini.
" Kamu North Dwiana kan?," tanyaku dengan menebak. Ia menganggukkan kepalanya dan langsung mempersilahkan aku untuk masuk ke kamarnya.
" Mereka kloningkan?," tanyanya tanpa basa-basi terlebih dahulu. Menurutku, mereka memang kloning. Aku hanya mengangguk dan bertanya mengapa ia bisa menebak kalau orang-orang di kamarnya adalah kloning.
" kemarin malam, Southeast Dasa kesini dan mengambil mereka bertiga. Awalnya aku ditawari untuk ikut, tapi aku ingin pergi besok karena ada seseorang yang harus aku cari," jawabnya dengan panjang.
" Aku bisa merasakan wara. Aku adalah satu dari 1/8 Power atau kamu bisa sebut aku Powerful. Seorang Powerful bisa merasakan wara. Apalagi, aku bisa mengendalikan wara. Aku hanya bisa mengendalikan udara. Kalau kamu, pasti mengendalikan api," ucapnya menyambungkan ucapannya yang tadi. Powerful? Aku baru dengar. Sepertinya organisasi Dasa menyembunyikan sesuatu.
" Oke, sekarang kamu ikut aku ke daerah Utara, tapi aku harus mencari manusia normal yang lain," ucapku sembari menarik tangannya. Tak lupa, ia mengambil tas jinjingnya yang bergambar rubah oranye.
" Sekarang, kita mau kemana?," tanyanya kepadaku.
" Aku mau ke sana, ke cahaya putih itu, sepertinya ada orang disitu," ucapku dengan berlari ke arah cahaya tersebut. North Dwiana ikut berlari dan sepertinya benda tersebut terlihat asing.
Aku memang sering membaca artikel tentang kloning - sebenarnya baru beberapa hari yang lalu - karena Dasa menceritakan hal itu padaku. Aku pikir, kloning itu hanya percobaan.
Tapi, semua berubah karena kerajaan api menyerang - eh, maafkan Kenya :'V.
Tapi, sepertinya semua berubah karena pergantian zaman. Yang aku tahu, kloning manusia itu ilegal. Karena, korban kloning sangat banyak. Apalagi, kemungkinan kloning berhasil hanya 1:1000. Yang aku tahu, kloning pertama yang berhasil bernama Eve, "lahir" tahun 2008. Mungkin itu yang dikatakan mbah Gugel. Yah, panggilan untuk web searcher terkenal di bumi ini. Mungkin saja ada bumi yang lain.
Nah, apa tujuan organisasi membuat kloning? Untuk membuat orang lebih cerdas, rupawan, dan lain-lain? Tapi, bukankah itu menyalahi hukum alam? - enggak yakin juga sih kalau hukum alam. Bukankah menyalahkan kodratnya kalau seorang manusia bisa membuat makhluk paling sempurna?
Yah, tapi, sudah zamannya yang miring sepertinya. Apapun dianggap halal - ini juga enggak yakin sih. Abad 21 adalah zaman edan menurut orang-orang terdahulu. Tapi, mereka tidak merasakan kehidupan abad 31 yang lebih edan.
Teknologi yang serba canggih, sumber daya manusia yang semakin diperlukan. Tapi, hukum alam mengelilingi semua itu.
" Lu tenang aja. Gua tahu yang mana kloning, yang mana bukan kloning. Kemungkinan masih ada manusia normal. Gua bisa ngerasain mereka East.
Soal normal atau enggaknya, menurut gua emang organisasinya udah sinting. Awalnya gua enggak percaya kalau mereka bakalan bikin kloning, hingga Presiden organisasi menyetujui ide gila itu, akhirnya gua harus percaya.
Setau gua, yang kena kloning baru sekolah kita aja. Sekolah Menengah Pertama. Tapi, kita harus hati-hati, karena menurut temen gua yang ngajar di Sekolah Dasar, ada kemungkinan kalau organisasi juga melakukan kloning disana.
Tapi, kita harus fokus mencari manusia normal dulu disini. Aku benci kloning. Untungnya, mereka tidak mengkloning diriku yang ganteng ini," ucapnya diakhiri dengan gaya yang sok ganteng. Kuakui, dia memang lumayan. Banyak yang sudah menyatakan perasaan padanya. Tapi dia tetap menolak. Alasannya, ia hanya ingin sendiri. Tapi, sepertinya ia sedang mendekati South, tapi mengapa ia tidak mengantar South ke distrik Utara?
Oh ya, dia bisa membedakan manusia dan kloning. Padahal, mereka hampir sama - tepatnya sama, karena aku tidak tahu yang mana asli yang mana palsu. Dunia ini terlalu banyak hal buruk.
Bagaimana cara ia membedakannya? Melalui perasaan? Tapi, aku tidak bisa memakai perasaan dengan benar.
" Enggak usah pake embel-embel ganteng deh. Jadi, sekarang kita mau nyisir kemana dulu? Lorong cewe, lorong cowo, lorong guru, atau dimana?" Tanyaku sembari berjalan kaki karena aku tahu CCTV sedang menatap kearah kami berdua.
" lorong cewe dulu. Kita ke kamar lu dulu, cari barang-barang yang enggak boleh sampe jatuh di tangan orang-orang organisasi itu. Setelah itu, kita cari manusia normal di lorong cewe," ucapnya sembari membelok ke lorong cewe. Lorong ini beruas layaknya pohon. Sungguh banyak lorong. Apalagi, lorong disini sangat besar. Mungkin, dulunya menjadi jalan utama.
" Oke, kamu jaga diluar. Tunggu aku di dalam," ucapku dengan cepat dan merasa panik. Oh, ayolah, mana mungkin ada orang yang akan mengkloning diriku.
Oke, pertama, aku akan mencari barang-barangku terlebih dahulu. Hmm... sepertinya semua barang ini akan berguna. Aku enggak yakin, tapi Aku sangat yakin - aku bingung. Yang terpenting, aku harus membawa semua barang-barangku dan barang-barang mereka bertiga.
" Oy, lu mau bawa barang sebanyak itu pake apaan?," tanyanya dengan kebingungan.
" Hmm... aku akan membawa sebagian dengan tasku. Dan aku akan melakukan teleportasi untuk barang-barang mereka bertiga," ucapku sembari mengucapkan mantranya tanpa melihat buku.
Awalnya, ia tak percaya dengan apa yang aku katakan. Tapi, lihatlah. Ia bengong melihati diriku yang sedang melakukan sihir. Hebat bukan? Padahal, aku mengaku pada South kalau aku tidak bisa sihir. Sama seperti saat ia mengaku kalau ia tak bisa sihir.
" Ingar Aswana!," teriakku sembari menggerakkan tanganku dan fokus kepada apa yang akan kukirim dan tempat kiriman tersebut datang. Oke, rumah North. Kamar dia.
*anggap aja ada sound effectnya - ini bukan film, jadi aku tidak tahu cara menuliskan efeknya.
Dadah barang-barang South, North, dan West! Semoga kalian selamat di jalan!
" Sejak kapan kamu bisa teleportasi? Sejak kapan kamu bisa sihir?," tanyanya dengan menganga. Barang yang tadi disitu kenapa bisa hilang? Kenapa? Kenapaa? - ya mungkin itu yang dipikirkan Dasa.
" Sejak kapan ya? Sepertinya aku sudah mempelajarinya dari kecil. Entahlah, aku hanya membaca bukunya dan mempraktekkannya dan wush~. Sekarang aku bisa bunuh siapapun yang menghalangi jalanku.
Yah, tapi aku masih baik sih. Jadi, enggak jadi deh bunuhnya," Dasa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanda dia benar-benar tidak percaya kalau seorang Luminosa seperti aku bisa menguasai sihir ( tapi seorang Luminosa harus bisa sihir, karena itu adalah bakat seorang Luminosa ). Yah, sejujurnya, aku hanya hafal beberapa kata.
" Oke, sekarang, kamar yang mana dulu?," tanyaku dengan melihat-lihat kamar di lorong. Banyak sekali kamarnya. Apakah Dasa bisa melakukannya dalam semalam?
" lu jaga-jaga aja di deket gua ya. Gua bisa cek satu-satu tanpa membuka pintunya," ucapnya sembari menempelkan tangannya ke pintu dan sepertinya aku merasakan sesuatu juga.
" di kamar itu, ada empat manusia normalkan?," tebakku dengan ngasal. Perasaanku yang bilang padaku. Entah benar atau salah, aku tidak akan pernah tahu sampai aku mencoba.
" iya, bener. Kenapa lu bisa tau? Nebak ya?," tanyanya sembari membuka pintu.
" Kenapa kamar kita dulu sih? Kamar yang lain aja dulu. Kita berempat lagi asik meretas CCTV sekolah," ucap salah satu perempuan yang sedang mengotak-atik laptopnya.
Hah? Yang bener aja. Mereka bisa meretas CCTV Sekolah darimana?? Gila, aku aja enggak bisa ngeretas. Mereka dapet ilmu darimana?
" Mereka ada di pihak kita, East." Ucapnya sembari berlari ke pintu yang lain. Memangnya mereka bisa dipercaya? Terserah dia aja deh.
" Kamar ini udah kloning semua. Berarti mereka ada di distrik Utara. East, kamu urus kamar di sebelah sana ya," tunjuknya kesebelah sana. Aku hanya mengangguk dan langsung pergi kesana.
Tuk..tuk..tuk.. suara sepatu hak yang sedikit tinggi ini menemani sunyinya malam dan dingin untuk bertahan. Beruntung, aku memakai baju yang hangat - buatan aku sendiri lagi, hehe, aku bangga.
Hmm... sepertinya tidak ada manusia normal disini. Aku akan mencoba untuk mencari lebih jauh. Mungkin, mereka semua adalah cloning? Tapi, biayanyakan besar, dan membutuhkan DNA bukan? Atau sel?
Tapi, apakah aku harus percaya? 50-50 aja ya.
Ohh, sepertinya disana ada orang. Aku akan pergi kesana untuk memastikannya.
DUG! DUG! DUG! DUG!
"OM TELOLET OM!!," teriak suara seseorang dari salah satu kamar perempuan. Lha, siapa itu? Ngapain dia teriak kalimat itu?
" woy, ngapain om telolet om, enggak ada bis disini mba," ucapku sembari membuka pintunya.
" eh, halo East. Hehe," ucapnya sembari mengatakan halo padaku. Sepertinya aku lupa dengan anak ini.
" Kamu North Dwiana kan?," tanyaku dengan menebak. Ia menganggukkan kepalanya dan langsung mempersilahkan aku untuk masuk ke kamarnya.
" Mereka kloningkan?," tanyanya tanpa basa-basi terlebih dahulu. Menurutku, mereka memang kloning. Aku hanya mengangguk dan bertanya mengapa ia bisa menebak kalau orang-orang di kamarnya adalah kloning.
" kemarin malam, Southeast Dasa kesini dan mengambil mereka bertiga. Awalnya aku ditawari untuk ikut, tapi aku ingin pergi besok karena ada seseorang yang harus aku cari," jawabnya dengan panjang.
" Aku bisa merasakan wara. Aku adalah satu dari 1/8 Power atau kamu bisa sebut aku Powerful. Seorang Powerful bisa merasakan wara. Apalagi, aku bisa mengendalikan wara. Aku hanya bisa mengendalikan udara. Kalau kamu, pasti mengendalikan api," ucapnya menyambungkan ucapannya yang tadi. Powerful? Aku baru dengar. Sepertinya organisasi Dasa menyembunyikan sesuatu.
" Oke, sekarang kamu ikut aku ke daerah Utara, tapi aku harus mencari manusia normal yang lain," ucapku sembari menarik tangannya. Tak lupa, ia mengambil tas jinjingnya yang bergambar rubah oranye.
" Sekarang, kita mau kemana?," tanyanya kepadaku.
" Aku mau ke sana, ke cahaya putih itu, sepertinya ada orang disitu," ucapku dengan berlari ke arah cahaya tersebut. North Dwiana ikut berlari dan sepertinya benda tersebut terlihat asing.
Komentar
Posting Komentar