12 Lampu bag. 1

     Gedung itu dipenuhi orang-orang berpenampilan bak raja dan ratu. Aku yang melihatnya hanya bengong bersama teman di sebelahku yang sedang makan kue pelangi. Tapi warnanya hanya tujuh.

     " kenapa warnanya cuman tujuh," tanyaku dengan iseng. Padahal aku tau kalau warna kuenya memang hanya tujuh warna.

     " karena yang lain lagi pergi," ucapnya dengan santai sambil menghabiskan kuenya yang lucu itu.

     " aku mau ngambil kue dulu ve," ucapnya sembari berjalan menjauh dari pandanganku. Aku melihatnya dengan tulus. Aku jadi ingin dia deh.

     " tunggu Gera! Aku juga pengen kuenya!!," aku menyusulnya dengan berlari. Gaun ribet ini sungguh menggangguku hingga aku jatuh setelah melewati kabel merah hitam.

     " Veqi!! Kamu gak apa apakan??," ucapnya sambil menolongku. Apa-apaan dia menanyakan pertanyaan sepele seperti itu. Jelas-jelas aku kesakitan seperti ini! Tapi, mau marah-marah juga, kasihan.

     " aku sehat kok. Tuh, lukanya sampe berdarah. Tapi kok gak sakit?," tanyaku dengan menunjuk kakiku yang terkena cairan merah hitam itu. Tapi bau ya. Mungkin memang seperti ini.

     Ia hanya melihat luka itu dan melihat ke arah lain. Ia seperti memberi isyarat ke seseorang - mungkin lebih dari seorang karena matanya melihat kemana saja.

     Lalu, orang-orang itu seperti pergi keluar dengan terburu-buru. Mungkin mereka mau memanggil ambulan. Masa luka seperti ini butuh ambulan.

     " ya udah, sini. Aku bawa kamu ke tempat macam uks," aku hanya mengikutinya dan ia memegang tanganku. Ia seperti menaruh sesuatu. Tapi di tanganku tidak ada kantong. Terus, apa cuman perasaanku?

     Yah, terlihat sebuah ruangan yang aneh. Padahal hanya ruangan, tapi kenapa aneh ya.

" kamu lihat kabel merah tadi gak?,"
" yang mana? Aku gak lihat tuh," jujur saja, aku harus berbohong karena kabel itu mencurigakan.
" oh, bagus deh.
   Kamu disini dulu ya," ucapnya dengan lempeng.
" oh ya, januari. Pertama. Jalankan di derycigan. "
" jam satu." Ucapnya dengan melirikku.
" apa itu?. " tanyaku dengan ekspresi biasa-biasa saja. Karena aku pandai berbohong.
" tidak apa-apa."
Dia mencurigakan. Ada apa sih?
" sekarang jam berapa?," tanyaku dengan mencari-cari lingkaran besar berisikan angka satu sampai dua belas.
" tiga menit lagi takdir sudah ditentukan." Ucapnya dengan tersenyum kearahku.

     Apa maksud dia berkata seperti itu? Memangnya ada pesta kembang api yang memercikan betapa pesona sang arjuna meluluhkan hati wanita?

Yah, mana aku tau. Aku lupa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lemon

Selasa, 8 November 2016

The Vintage Book : Chapter 2 Note to Myself part 7