Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

12 Lampu bag. 1

     Gedung itu dipenuhi orang-orang berpenampilan bak raja dan ratu. Aku yang melihatnya hanya bengong bersama teman di sebelahku yang sedang makan kue pelangi. Tapi warnanya hanya tujuh.      " kenapa warnanya cuman tujuh," tanyaku dengan iseng. Padahal aku tau kalau warna kuenya memang hanya tujuh warna.      " karena yang lain lagi pergi," ucapnya dengan santai sambil menghabiskan kuenya yang lucu itu.      " aku mau ngambil kue dulu ve," ucapnya sembari berjalan menjauh dari pandanganku. Aku melihatnya dengan tulus. Aku jadi ingin dia deh.      " tunggu Gera! Aku juga pengen kuenya!!," aku menyusulnya dengan berlari. Gaun ribet ini sungguh menggangguku hingga aku jatuh setelah melewati kabel merah hitam.      " Veqi!! Kamu gak apa apakan??," ucapnya sambil menolongku. Apa-apaan dia menanyakan pertanyaan sepele seperti itu. Jelas-jelas aku kesakitan seperti in...

Lemon

Ibumu berbohong padamu. Itulah kebenarannya. Aku sempat tak percaya dengan cerita ini, tapi, bagaimanapun juga, ia tetap teman dekatku. Tidak mungkin ia berbohong padaku. Tapi, mana mungkin juga sih ibuku berbohong padaku? " Yidia, sekali-sekali percayalah padaku!," ucapnya dengan sungguh. Bisa kulihat dari matanya itu memancarkan kejujuran. Tapi, aku masih ragu. " aku harus menanyakan langsung pada ibuku! Aku harus menanyainya sekarang!," ucapku sambil meninggalkan Alex yang bengong melihatku menjauh. Aku tak mungkin dibutakan dari kebenaran itukan? Aku hanya melihat kebenarannya dari sisi yang berbeda. Terkadang, banyak sekali persepsi yang berbeda-beda sehingga membuatku pusing akan hal ini. Sekarang, aku harus bagaimana? Mempercayai apa yang kulihat, apa yang dikatakan ibuku, atau yang didengarku dari teman dekatku sendiri?? Lebih baik aku menanyakan hal ini pada ibuku. Aku mencarinya di rumah, tentunya. Aku melangkah masuk ke dalam istana kecil kesayangan...